"Mungkin seperti itulah takdir alam, merantau jauh ke ibukota, dan mencoba melanjutkan pendidikan . Suatu hal yang tak pernah sekalipun dulunya terbersit akan bisa seperti ini."
Tahun 2018 mungkin salah satu tahun yang memberikan kesan yang teramat bagi saya. Tahun ini adalah dimana saya akhirnya melanjutkan pendidikan saya ke jenjang yang lebih tinggi. Suatu tahap dari hidup saya yang begitu saya syukuri hingga kini. Adalah bantuan dari Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)-lah yang membuat saya akhirnya juga bisa mengenyam pendidikan magister. Pendidikan yang katanya hanya dapat dinikmati oleh masyarakat kelas atas karena besarnya biaya yang dikeluarkan.
Saat menulis ini, saya alhamdulillah akhirnya bisa melalui satu semester pertama saya di kampus. Saat mengawalinya dulu, ada begitu banyak kendala-kendala yang akhirnya sedikit demi sedikit berhasil saya lalui. Yang berat mungkin adalah kuantitas tugas tiap harinya. Suatu hal yang betul-betul saya rasa secara signifikan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kami. Di kelas, saya banyak menemukan teman-teman baru, dengan berbagai karakter dan kebiasaan yang unik dan terkadang nyeleneh, yang mungkin nanti akan saya ceritakan di satu blog post sendiri.
Mahasiswa Magister Hukum Universitas Indonesia Program Peminatan Sistem Hukum dan Peradilan Pidana |
Di ibukota selain teman kelas saya di kampus, sebenarnya saya juga sudah memiliki beberapa teman lainnya yang juga dulunya sekelas. Kami sekelas pada pelatihan yang diberikan oleh pemberi beasiswa, ya dengan kata lain teman-teman saya ini adalah penerima beasiswa juga. Saat kelas pelatihan kami berakhir di akhir april 2018, masing-masing dari kamipun sempat kembali ke tempat asal masing-masing sembari menunggu panggilan universitas tujuan kami kuliah. Meski tak semua yang kembali ke ibu kota karena bedanya universitas tujuan kami, namun intensitas komunikasi tetap baik bahkan bisa dibilang yang paling sering ribut dibanding grup-grup sosmed saya yang lain.
Beberapa Teman-Teman Saya Selama Pelatihan Bahasa |
Hal lain dari 2018 yang begitu berkesan bagi saya adalah saat pagelaran Asian Games bulan september yang lalu. Tidak hanya bangga karena Indonesia menjadi tuan rumah, melainkan bisa diundang oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk menyaksikan secara langsung pembukaan pesta olahraga terbesar di Asia ini di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) merupakan satu momen bersejarah bagi saya selama tahun 2018. Sebelum itu sebenarnya Kominfo mengadakan kompetisi menulis bagi para blogger dan alhamdulillah saya dipilih menjadi pemenang atau perwakilan dari Provinsi Sulawesi Selatan.
Sebelum menyaksikan pesta pembukaan kami menjalani karantina beberapa hari untuk mengikuti beberapa agenda acara. Disini berkumpullah 34 Pemenang dari 34 Provinsi di Indonesia. Banyak diantara mereka yang telah saya kenal lewat media sosial akhirnya bisa bertemu untuk pertama kalinya di kegiatan tersebut. Di kegiatan tersebut kami diajak berkeliling ibukota, menulis artikel seputar Asian Games, bahkan berlatih yel-yel untuk menyemangati para atlit di stadium. Sehari sebelum pembukaan Asian Games, kami bahkan disuguhkan penampilan D'Masiv, suatu pengalaman yang lagi-lagi begitu berkesan bagi saya.
Hal lain dari 2018 yang begitu berarti lainnya adalah saat berhasil meraih Skor Toefl 550. Suatu hal yang sebenarnya merupakan resolusi saya di tahun 2018. Hasil ini saya raih berkat pelatihan bahasa yang diberikan oleh LPDP selaku pemberi beasiswa. Selama kurang lebih 6 bulan kami diberikan pelatihan bahasa di Pusat Bahasa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pelatihan bahasa ini diberikan untuk mempersiapkan kami para penerima beasiswa sebelum nantinya mengikuti seleksi kampus dan persiapan menghadapi kuliah magister. Terima kasih yang teramat sangat kepada LPDP yang telah memfasilitasi kami untuk hal yang begitu penting ini.
550 cuyy... hebatt...
ReplyDeletehahaha. alhamdulillah.
Deleteini siapa ya?