• [Terbaru] Menuju Titik Tertinggi Pulau Jawa (Part 1): Ide Gila Modal Nekat Klik Disini

Friday, 25 September 2020

Menuju Titik Tertinggi Pulau Jawa (Part 2): Malang, Kami Datang !



Saat semua persiapan dirasa cukup, kami akhirnya berangkat pada Selasa, 20 Agustus 2019 dengan menggunakan kereta api dengan waktu tempuh kurang lebih 16 Jam menuju Malang. Perjalanan yang bisa dikatakan lumayan jauh ini menjadi salah satu yang berkesan bagi saya, ini karena menjadi pengalaman pertama juga menggunakan kereta api untuk berpergian ke suatu tempat di Pulau Jawa. Dengan carrier dan beberapa atribut mendaki yang kami gunakan kala itu, kami berhasil menjadi pusat perhatian penumpang di kereta.

Di kereta saya duduk berhadapan dengan salah seorang bapak yang sepanjang perjalanan rajin memutar musik Jawa dengan handphonenya (saya dan rekan duduk di gerbong yang berbeda). Bapak ini merupakan salah satu ahli pengobatan tradisional yang memang telah kerap kali dipanggil ke Jakarta untuk memberikan pengobatan-pengobatan tradisional. Di satu kesempatan beliau sempat menunjukkan foto-fotonya bersama artis-artis Ibukota yang pernah menggunakan jasanya, bahkan beliau juga bercerita pernah diundang untuk hadir di acara Hitam Putih Trans 7 akan tetapi bapak tersebut menolak.

Alasan penolakan masih menjadi misteri hingga sekarang, hal ini karena saat itu beliau kerap menjelaskan dan menceritakan tentang dirinya dengan diselingi bahasa jawa yang tidak saya pahami artinya. Meski demikian sebagai seorang pendengar yang baik, sayapun menemani mendengarkan cerita-ceritanya bahkan hingga pukul tiga dini hari saat penumpang yang lain sudah tidur dengan lelapnya. Kartu nama bapak tersebutpun diberikan kepada saya sebagai tanda perkenalan.

Saat pagi tiba, kami ternyata masih belum sampai di Malang. Hal ini saya gunakan dengan banyak-banyak melihat keluar. Ternyata kami melewati banyak persawahan, hutan-hutan, terowongan, hingga keramaian beberapa kota besar. Saat malam sebelumnya hampir sangat sulit bagi kita melihat apa yang ada diluar, alasannya tentu karena kurangnya cahaya, apalagi saat kereta telah meninggalkan kota. Di beberapa stasiun sebelum Stasiun Malang, bapak yang saya temani bercerita semalaman kemudian ijin pamit untuk turun di stasiun tujuannya.

Stasiun Malang


Setelah hampir 16 jam di kereta, kamipun tiba di Stasiun Malang. Oiya, kami akan bertiga mendaki Gunung Semeru. Seorang lainnya janjian dengan kami bertemu di Stasiun Malang untuk bersama-sama menuju Pasar Tumpang. Setelah kurang lebih 10 menit menunggu, kamipun bertemu dengan rekan kami ini. Disini saya dan rekan-rekan sempat bingung, akan dengan apa kami akan ke Pasar Tumpang yang menjadi tujuan selanjutnya sebelum menuju Gunung Semeru. Sambil mencari tahu dengan apa kami akan kesana, kami kemudian sempatkan untuk makan siang di dekat stasiun.

Saat makan siang, kami melihat beberapa rombongan yang juga akan ke Gunung Semeru. Tak ada sekalipun kami menegurnya, bahkan setidaknya bertanya mengenai dengan apa sebaiknya ke Pasar Tumpang, alhasil disini kami menemukan masalah. Kami memutuskan memesan Gocar untuk menuju Pasar Tumpang, saat taksi online tersebut telah datang dan kami telah bersiap untuk naik. Kami dihadang oleh beberapa supir angkot yang tidak menerima taksi mengambil penumpang yang akan mendaki ke Gunung Semeru. Karena ternyata selama ini para pendaki wajib menjadi pelanggan supir angkot disana.

Kebebasan para pendaki memilih dengan transportasi apa yang akan mereka gunakan seharusnya bisa menjadi perhatian pemerintah setempat, hal ini untuk mendukung pariwisata agar nyaman dan aman bagi turis yang datang ke daerahnya. Apalagi mengingat pengunjung Gunung Semeru tiap tahun terus meningkat sehingga seharusnya transportasi tidak dimonopoli oleh hanya salah satu jenis kendaraan hanya karena kekhawatiran kehilangan pendapatan. Setelah drama angkot yang rusuh, akhirnya kamipun ke Pasar Tumpang dengan biaya yang lebih mahal.


Next: Menuju Titik Tertinggi Pulau Jawa (Part 3): Bertemu dengan Teman Baru di Basecamp



Tuesday, 22 September 2020

Menuju Titik Tertinggi Pulau Jawa (Part 1): Ide Gila Modal Nekat

 

Disclaimer: Perjalanan ini dilakukan pada Agustus 2019, sebelum adanya pandemi covid-19


Entah apa yang merasuki kami (saya dan rekan) saat itu, keinginan sejak lama untuk mendaki gunung ternyata jatuh pada pilihan Gunung Semeru (3676 mdpl), gunung tertinggi di Pulau Jawa yang juga merupakan salah satu dari tujuh gunung tertinggi yang ada di Indonesia. Kalau kalian pernah menonton film 5 cm, nah inilah gunung yang saya maksud, dengan medan pendakian yang berpasir dan salah satu gunung dengan tingkat kesulitan yang tinggi untuk didaki, ternyata tidak membuat kami patah semangat untuk kesana. Ya, semua kami lakukan dengan modal nekat tentunya.

Sebagai seorang pendaki pemula yang benar-benar belum pernah menaklukan satu gunungpun, persiapan menjadi sangat penting. Selain fisik dan mental, persiapan atas informasi sebanyak-banyaknya juga perlu. Mungkin ada puluhan video youtube tentang Semeru yang telah saya tonton hanya untuk mengetahui bagaimana medan yang akan dilalui, apa-apa saja yang perlu dipersiapkan, hingga hal-hal yang dilarang untuk dibawa kesana. Bahkan film 5 cm pun harus saya tonton kembali, meski akhirnya harus baper lagi dengan rumitnya hubungan Zafran, Riani, dan Dinda.

Hal pertama yang saya catat dari informasi-informasi mengenai Gunung Semeru adalah ekstrimnya suhu disana. Katanya di waktu-waktu tertentu akan turun embun es yang mana ini berarti suhu bisa dibawah 0°C, olehnya dibutuhkan jaket khusus yang bisa digunakan untuk menjaga suhu tubuh. Dari informasi itu kemudian saya ke salah satu toko penyedia alat pendakian untuk menemukan jaket yang sesuai. Disana saya ditanya ingin mendaki kemana, saya katakan ingin ke Semeru pak. Bapaknya menjelaskan mengenai medan yang bisa kita temui disana, termasuk memang harus benar-benar siap dengan suhu ekstrim. Di sana selain jaket, saya juga mendapatkan sepatu khusus mendaki yang akan saya gunakan ke Gunung Semeru.

Untuk mendaki memang ada beberapa hal yang sangat disarankan untuk dibawa, diantaranya tas carrier untuk membawa pakaian dan peralatan-peralatan mendaki, sleeping bag untuk digunakan saat tidur, matras, sepatu hiking, trecking pole, hingga tenda tempat kita istirahat. Hingga saat keberangkatan, saya bisa memenuhi semuanya kecuali tracking pole yang saya putuskan untuk membelinya di lokasi pendakian saja.

Bagi pendaki pemula, persiapan fisik sejak tiga bulan sebelumnya adalah yang direkomendasikan. Akan tetapi karena memang bermodal nekat, persiapan fisik hanya saya lakukan sebulan sebelumnya, benar-benar bukan hal yang patut dicontoh, mengapa? karena persiapan yang kita lakukan akan kita rasakan hasilnya disana. Fisik yang tidak kuat dapat membahayakan diri kita sendiri. Ini mengapa mendaki telah seringkali disebut sebagai salah satu olahraga yang paling berbahaya. Meski sebenarnya juga merupakan salah satu olahraga yang paling menyenangkan dan menenangkan.

Merencanakan Pendakian

Untuk melakukan pendakian ke Gunung Semeru, tidak diperkenankan datang langsung ke lokasi tapi ada formulir online yang perlu kita isi terlebih dahulu. Dengan kata lain kita perlu melakukan pendaftaran online untuk bisa mendaki disana. Pendaftaran online dilakukan melalui alamat ini, disini kita akan memilih jadwal pendakian sesuai dengan kuota yang masih tersedia. Oiya, di Gunung Semeru pengunjung dibatasi 600 orang setiap harinya. Bila hari yang kita pilih telah penuh, kita diminta untuk memilih hari yang lain yang masih tersedia. Ada satu cerita mengenai para pendaki yang datang dari tempat yang jauh tanpa melakukan pendaftaran online sebelumnya terpaksa harus kembali ke daerah masing-masing dan menunda cita-citanya untuk mendaki Gunung Semeru.

Awalnya kami memilih untuk berangkat ke Malang pada tanggal 16 Agustus 2019 dengan Kereta dari Stasiun Pasar Senen Jakarta Pusat. Karena kesibukan acara 17 Agustus salah satu rekan saya di kantornya, kamipun membatalkan keberangkatan menjadi tanggal 20 dengan rencana pendakian tanggal 21-23 Agustus sesuai dengan kuota yang tersedia. Meski demikian pada akhirnya bisa kami perpanjang hingga tanggal 24 Agustus dengan bantuan pemilik transportasi jeep yang kami gunakan menuju gerbang pendakian Gunung Semeru. Hal ini karena waktu yang baik untuk digunakan dalam mendaki Gunung Semeru adalah empat hari, tujuannya agar kita bisa memiliki waktu istirahat yang cukup di lokasi pendakian. 

Saat waktunya tiba dan persiapan telah dirasa cukup, kamipun berangkat menuju Malang.


Next: Menuju Titik Tertinggi Pulau Jawa (Part 2): Malang, Kami Datang !